Deprecated: Constant CloudLinux\Imunify\App\E_STRICT is deprecated in /home/kawungantn/domains/kawunganten.desa.id/public_html/wp-content/plugins/imunify-security/inc/App/Debug.php on line 76
Sejarah – Desa Kawunganten | Kab. Kab. Cilacap Sejarah | Kawunganten

+1 234 567 8

info@webpanda.id

Sejarah Desa

Kawunganten: Jantung Kecamatan yang Berdenyut di Dataran Rendah Cilacap

 

Desa Kawunganten bukan sekadar wilayah administratif, melainkan pusat denyut kehidupan dan pemerintahan di Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sebagai ibu kota kecamatan, Kawunganten telah bertransformasi menjadi desa swasembada yang memadukan kehangatan tradisi pedesaan dengan kemajuan infrastruktur modern.

Terletak sekitar 29 Km di sebelah utara ibu kota Kabupaten Cilacap, desa ini menawarkan gambaran harmonis tentang sinergi alam dan budaya di dataran rendah yang subur.


 

Sejarah dan Identitas Lokal

 

Sejarah awal Kawunganten diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Nama daerah ini sendiri telah menjadi identitas yang kuat, bahkan sebelum dimekarkan menjadi beberapa desa dan kecamatan lain seperti Bantarsari dan Kampung Laut.

Meskipun sumber tertulis primer tentang permulaan desa sulit ditemukan, kearifan lokal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan dan bernegara terus menjadi landasan hidup warganya. Kawunganten dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi toleransi dan peran tokoh agama, seperti yang terlihat dari jejak ulama berpengaruh di wilayah sekitarnya.

Desa ini terus berupaya melayani masyarakat dengan komitmen transparansi, menjadikan proses pembangunan desa sebagai hasil musyawarah bersama yang melibatkan setiap warga.


 

Potensi Ekonomi dan Pembangunan

 

Kawunganten memiliki potensi yang melimpah, khususnya di sektor primer yang menjadi tulang punggung perekonomian.

 

1. Sektor Pertanian dan Perikanan

 

Sebagai daerah dataran rendah, bentang alam Kawunganten didominasi oleh persawahan dan lahan yang subur. Selain itu, wilayah yang berdekatan dengan perairan dan rawa juga memunculkan sektor perikanan yang signifikan, seperti budidaya tambak udang.

Pemerintah daerah setempat secara aktif mendukung program pemberdayaan masyarakat nelayan petambak udang, yang terbukti meningkatkan pendapatan dan mengembangkan potensi usaha perikanan lokal.

 

2. Infrastruktur dan Kemajuan

 

Statusnya sebagai ibu kota kecamatan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas publik lainnya menjadi prioritas untuk meningkatkan mobilitas warga, yang pada gilirannya akan mendukung aktivitas ekonomi dan sosial.

Contohnya, pembangunan jalan rabat beton yang didanai oleh Dana Desa seringkali dilengkapi dengan kontribusi swadaya dari masyarakat, menunjukkan tingginya semangat gotong royong dan kepemilikan warga terhadap kemajuan desanya.


 

Gerbang Wisata Kecamatan

 

Meskipun Kawunganten sendiri adalah pusat pemerintahan, kawasan kecamatan ini memiliki destinasi wisata alam yang menarik dan mudah dijangkau, menunjukkan potensi Kawunganten sebagai gerbang wisata:

  • Waduk Kubangkangkung: Terletak di wilayah kecamatan, waduk ini menjadi destinasi wisata keluarga yang populer. Dikelilingi hutan jati, waduk ini menawarkan suasana sejuk dengan berbagai wahana seperti perahu bebek, kolam renang, dan jembatan mengapung.

  • Agrowisata: Desa-desa di sekitar Kawunganten mulai mengembangkan potensi agrowisata dan spot swafoto yang terinspirasi dari keindahan alam lokal, bertujuan untuk memutar roda ekonomi masyarakat desa melalui sektor pariwisata.


 

Penutup

 

Desa Kawunganten di Cilacap merupakan contoh nyata kolaborasi sempurna antara tradisi dan modernitas. Berlokasi strategis sebagai pusat kecamatan dan didukung oleh potensi alam serta partisipasi aktif warganya, Kawunganten terus bertumbuh menjadi desa yang mandiri, maju, dan menawan. Keindahan sawah yang hijau, kearifan lokal yang terjaga, serta komitmen pada transparansi dan pelayanan publik menjadikannya permata tersembunyi yang patut dikenal lebih luas.

 
 
 
 

Sejarah Desa

Dari cerita-cerita lisan itu diyakini bahwa Desa Panda termasuk salah satu desa yang keberadaanya sudah cukup tua. Desa Panda diperkirakan sudah ada pada masa-masa berdirinya Kerajaan Galuh, Jawa Barat pada abad ke – 6. Desa Panda masuk wilayah Kerajaan Galuh.

Karena masuk dalam wilayah Kerajaan Galuh yang berbudaya Sunda, kehidupan masyarakat Desa Panda pun juga tidak lepas dari pengaruh budaya Sunda itu. Pengaruh paling besar bisa dilihat dari bahasa yang dipakai warga Desa Panda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guru Besar Ilmu Linguistik Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Prof. Dr. Cece Sobarna, tahun 1989, disimpulkan bahwa bahasa Sunda pernah menjadi bahasa tutur masyarakat Panda. Nama-nama tempat dan sungai, seperti, Cireang, Cukangawi, Cipancur, Citunggul, Cipeundeuy, Cibrewek, dan lain sebagainya menunjukkan adanya pengaruh kuat bahasa Sunda di Desa Panda.

Menurut Sobarna, Bahasa Sunda di Desa Panda termasuk Bahasa Sunda yang tidak mengenal kasar-halus. Masyarakat Panda menyebutnya dengan istilah bahasa Sunda “badeolan”. Beberapa kosa kata bahasa Sunda di Desa Panda tidak lagi ditemukan pada pengguna bahasa Sunda yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya (wilayah Priangan), tetapi memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Sunda di wilayah Banten.

 

Cerita lain menyebutkan, sebelum dihuni oleh manusia, Desa Panda berwujud hutan belantara yang di dalamnya hidup binatang buas, jin dan siluman. Mbah Damarwulan, Mbah Panusupan, dan Mbah Jayasengara dianggap sebagai para leluhur yang berjasa besar dalam mendirikan Desa Panda. Merekalah yang mengusir jin dan siluman jahat sehingga Desa Panda dapat dihuni oleh manusia hingga sekarang.

Warga Desa Panda juga memiliki leluhur yang dikenal dengan nama Mbah Darmokusumo. Mbah Darmokusumo ini seringkali digambarkan sebagai sosok yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dan totalitas kepasrahan kepada Sang Illahi. Bagi warga Panda, sosok Darmokusumo menjadi sosok yang dibanggakan, karena memiliki banyak keutamaan-keutamaan dalam perilaku. Karena keutamaan-keutamaan perilakunya tersebut, sosok Darmokusumo seringkali dikait-kaitkan dengan asal-usul nama Panda. DERMA berarti memberi, AJI berarti sesuatu yang berharga. Nama Panda mengandung makna dan semangat untuk selalu memberikan kebaikan terus menerus kepada sesama.

 

Diceritakan juga, konon, sebelum masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banyumas, pada awalnya Desa Panda menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Cilacap. Tetapi tidak jelas kapan masa-masa masuk ke dalam wilayah Kabupaten Cilacap dan kapan mulai masuk wilayah Kabupaten Banyumas. Jejak yang bisa ditemukan hanyalah bahwa dari awal adanya Desa Panda hingga sekarang, Desa Panda telah dipimpin oleh 11 (sebelas) Lurah/Kepala Desa.

Silsilah Kepala Desa

Nama Kepala Desa

Kepala Desa Periode  
xxxx – xxxx

Nama Kepala Desa

Kepala Desa Periode  
xxxx – xxxx

Nama Kepala Desa

Kepala Desa Periode  
xxxx – xxxx

Nama Kepala Desa

Kepala Desa Periode  
xxxx – xxxx